Cerpen Anak: Kapten Wandi

 

Bobo.id - Siapa di sini yang kalau berangkat dan pulang sekolah naik mobil jemputan? Kalau iya, pasti seru karena selalu pergi dan pulang sekolah bersama teman-teman.

Terkadang saat di perjalanan kita bisa bermain bersama dan saling tukar cerita dengan teman-teman atau pun dengan Bapak atau Ibu pengemudi mobil jemputan.

Kali ini, Bobo akan memberikan cerpen anak yang mengisahkan tentang anak-anak yang terjebak di dalam mobil jemputan yang mogok.

Untung ada Pak Wandi sang pengemudi jemputan yang jago mendongeng. Akhirnya anak-anak itu dibawa berpetualang melalui dongeng-dongeng Pak Wandi.

Seperti apa ceritanya? Simak cerpen lengkapnya di sini.

Cerpen Anak: Kapten Wandi

Cerita oleh: Sylvana Hamaring Toemon.

Tin! Tin! Terdengar bunyi klakson mobil yang dikemudikan oleh Pak Wandi. Pak Wandi adalah pengemudi mobil jemputan yang akan mengantarkan Rudi dan Runi pulang. Selain mereka, masih ada Naura, serta 2 bersaudara Arin dan Cantika.

“Anak-anak, ayo cepat masuk ke mobil! Sebentar lagi hujan,” panggil Pak Wandi.

Mendengar panggilan Pak Wandi, semua anak bergegas masuk ke dalam mobil. Rudi duduk di depan, di samping Pak Wandi. Saat itu langit terlihat sangat gelap, warnanya abu-abu kehitaman. Tak lama kemudian, rintik hujan pun turun.

Hujan itu makin lama makin lebat. Pak Wandi berusaha melihat ke depan dengan mencondongkan badannya. Sesekali ia menghapus embun di kaca depan. Gerakan wiper sudah kencang, namun tetap saja pemandangan di depan tak dapat terlihat dengan jelas.

Baca Juga: Cerpen Anak: Kipas Cendana Sangiang Madada #MendongenguntukCerdas

GELEGAR! Terdengar suara petir menggelegar. Semua terkejut mendengarnya.

“Huaaaa…!” terdengar tangisan Cantika yang ketakutan. Di sampingnya ada Arin yang berusaha menenangkan adiknya yang masih kelas 1 SD itu. Sementara Runi dan Naura duduk berdekatan. Mereka juga ketakutan.

“Anak-anak, tenang, ya!” pinta Pak Wandi.

Mobil yang dikemudikan Pak Wandi berjalan perlahan menembus hujan. Mobil itu berjalan makin pelan, sampai akhirnya berhenti. Mobil itu mogok. Sedangkan di luar sedang hujan lebat. Dari kaca jendela, mereka dapat melihat genangan air yang semakin tinggi.

Brrrt! Brrrt! Terdengar bunyi mesin yang coba dinyalakan. Pak Wandi berkali-kali menyalakan mesin mobilnya. Namun, tetap tak kunjung menyala.

“Pak Wandi, bagaimana ini?” tanya Runi cemas.

“Tenang saja! Pak Wandi menelepon dulu untuk minta bantuan, ya,” ujar Pak Wandi menenangkan.

Pak Wandi menjulurkan tangan untuk mengambil telepon genggamnya di samping kiri. Rudi berusaha membantu mengambilkannya. Namun, tanpa sengaja, telepon genggam itu terjatuh.

“Ups! Maaf, Pak Wandi,” ucap Rudi.

“Tidak apa-apa. Tinggal diambil, kok,” sahut Pak Wandi sambil merogoh kolong tempat duduk.

Rudi pun menunduk ingin membantu Pak Wandi. Sesaat kemudian Rudi tersentak. Tangannya merasakan ada air. Genangan air ternyata mulai masuk ke dalam mobil. Telepon genggam Pak Wandi pun terendam. Rudi cepat-cepat meraihnya dan menyerahkannya pada Pak Wandi. Telepon genggam itu dalam keadaan mati. Pak Wandi berusaha menyalakannya, namun gagal.

“Maaf, Pak Wandi,” sesal Rudi.

“Rudi, kamu bagaimana, sih, kurang hati-hati. Kita semua kan tidak ada yang membawa telepon genggam kalau sekolah. Kalau sudah begini, bagaimana bisa meminta bantuan?” tegur Runi.

“Tidak apa-apa. Pasti akan ada yang membantu kita. Kalian tenang saja, ya! Bagaimana kalau kalian mendengarkan Bapak mendongeng?” ujar Pak Wandi.

“Asyiiik…!” sambut Cantika yang sudah tidak menangis lagi.

Pak Wandi menceritakan banyak hal. Semua dongeng yang dia tahu sudah diceritakannya. Namun, bantuan belum juga datang. Pak Wandi kemudian menceritakan petualangan penjelajah lautan. Lalu, ia mengajak anak-anak untuk bermain penjelajah lautan. Mobil yang mogok sebagai kapalnya. Genangan air di luar sebagai lautnya. Pak Wandi sebagai kapten kapalnya.

Tok tok tok! Terdengar ketukan di bagian belakang saat mereka sedang asyik bermain. Anak-anak berteriak serentak karena terkejut. Sementara Pak Wandi membuka jendelanya lebar-lebar.

“Pak Wandi, ini kami!” terdengar seruan dari sebelah belakang.

“Syukurlah kalian sudah datang menjemput. Ayo, segera pindahkan teman-teman kecil kita ini,” ucap pak Wandi.

Satu per satu anak-anak itu dipindahkan ke perahu karet. Genangan air ternyata cukup tinggi. Kendaraan bermotor tidak bisa lewat di tempat itu. Harus menggunakan perahu karet untuk menjemput mereka.

“Pak Wandi bagaimana?” tanya Rudi.

Anak-anak lain ikut gaduh menanyakan Pak Wandi. Kelima anak itu telah memenuhi perahu karet. Naura dan Runi menggeser duduknya supaya ada cukup tempat untuk Pak Wandi.

“Kapten adalah yang paling akhir meninggalkan kapal. Yang penting, kalian harus selamat dulu,” sahut Pak Wandi sambil melambaikan tangan.

Tak lama kemudian, datanglah perahu karet yang lain. Perahu itu menjemput Pak Wandi. Kelima anak itu sangat lega melihatnya. Mereka melambaikan tangan ke arah Pak Wandi dengan gembira. Sampai berjumpa kembali, Kapten Wandi.














sumber : bobo.grid.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan