Dongeng : Uitziton dan Api

Awalnya, bangsa Aztec tinggal di sebuah daerah Abernama Aztlan. Tempat itu berada di wilayah Meksiko sekarang. Jumlah penduduk di daerah itu hanya sedikit waktu itu. Lama kelamaan, jumlah penduduknya bertambah besar. Namun, bangsa Aztec yang terdiri dari beberapa suku itu, tidak berani pindah, kecuali ada petunjuk dari langit.

Seorang kepala suku bernama Uitziton, sangat pemberani dan panjang akal. Ketika sedang bersemedi, ia mendengar suara kicau burung. "Tiui-tiui!"

Bunyi itu mirip dengan ucapan dalam bahasa Aztec, yang berarti ajakan untuk pergi. Uitziton langsung mendapat ide, bagaimana cara membujuk rakyatnya untuk pindah tempat.

la lalu menemui Tecpatzin, yang juga seorang kepala suku.

"Kita bisa memakai suara burung ini untuk mengaja rakyat kita pindah. Kita katakan saja kalau ini adalah burung kahyangan!" kata Uitziton. Tecpatzin setuju pada ide cerdas itu.

Maka ketika terdengar kicau burung itu lagi, berkatalah Uitziton pada rakyatnya,

"Dengarlah apa yang dikatakan burung surga itu!" Rakyat suku itu langsung memasang telinga. Mere mendengar baik-baik. "Tiui-tiui! Tiui tiui!"

"Burung itu berkata tiui tiui!" seru rakyat Aztec. Tecpatzin menerjemahkannya, "Artinya, ayo pergi!

Ayo pergi!" "Tak salah lagi," tukas Uitziton, "Itu pesan dari lang agar kita pergi."

Akhirnya bangsa Aztec dibagi dua kelompok. Sebagian tetap di Aztlan, dan sebagian lagi bersedia meninggalkan Aztlan. Uitziton mengirim sejumlah pemandu untuk mencari tempat pemukiman baru dan tempat bertanam.
Akan tetapi, tak jauh dari Aztlan, terdapat tempat angker bernama Rahang Ular. Di situ tinggallah Roh Jahat. la tidak suka melihat suku-suku Aztec yang walaupun akan berpisah, mereka tetap damai. la menemukan kesempatan untuk mengacaukan mereka dan membuat mereka berperang.

Di suatu tengah malam, Roh Jahat menyelinap ke perkemahan. Ia meninggalkan dua bungkusan.

Esoknya, penduduk menemukan dua bungkusan itu. Mereka mengerumuninya dengan penasaran. Seorang dari mereka membuka salah satu bungkusan. Ternyata

berisi sebongkah zamrud yang berkilau cemerlang. Seseorang berkata, "Permata ini milik penduduk yang akan pindah."

Namun yang lain menimpali, "Tidak. zamrud ini milik kita yang tinggal."

Masyarakat pun terbelah menjadi dua kelompok, yang hendak pindah dan yang tetap tinggal. Mereka sama-sama ngotot, ingin memiliki permata itu dan hampir berkelahi.

Uitziton melerai, "Ayo, kita lihat isi bungkusan yang lain!"

Keadaan menjadi tenang kembali. Uitziton membuka bungkusan kedua. Isinya, dua potong kayu. Satu berupa tongkat panjang, yang satu selembar kayu datar yang bagian tengahnya berceruk.

Terdengar suara kecewa, "Huu....."

Akan tetapi, Uitziton tahu, benda-benda itu justru

lebih berharga dibanding zamrud. Kepada penduduk yang hendak meninggalkan tempat itu, ia berkata, "Kedua kayu ini lebih bermanfaat dalam perjalanan

panjang kita." Keputusan Uitziton disetujui. Bangsa Aztec pun terpecah menjadi dua. Uitziton sendiri memimpin kelompok yang akan pindah.

Pendapat Uitziton ternyata benar. Dalam perjalanan, mereka dihadang cuaca dingin. Uitziton mengeluarkan kedua batang kayu. Dengan kedua telapak tangan, diputar-putarnya tongkat kayu sehingga ujungnya menggesek-gesek lubang pada kayu berceruk. CRIK! CRIK!

Terciptalah percikan-percikan api. Itulah pertama kalinya terjadi nyala api buatan. Dengan nyala api itu, bangsa Aztec membuat api unggun. Di tengah malam yang sangat dingin, bangsa Aztec itu tetap bisa merasa hangat dan nyaman.





















Sumber : majalah bobo 25 mei 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan