Dongeng Anak: Gadis Helwa yang Cantik #MendongenguntukCerdas

 

Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendengar dongeng dari negara Turki? Kalau belum, simak dongeng anak hari ini, yuk!

Hari ini Bobo akan memberikan dongeng dari negeri Turki yang berkisah tentang seorang gadis pembuat helwa.

Helwa (Helva/Halva) adalah kue manis khas Turki yang terbuat dari campuran kacang, tepung beras, tepung semolina, dan lain-lain.

Nah, sekarang kita simak dongengnya, ya.

Gadis Helwa yang Cantik

Cerita oleh: Arsip dan dokumentasi Majalah Bobo (Dongeng Turki)

Di sebuah desa di Turki, hiduplah seorang pria miskin bernama Pak Bayram. Suatu hari, ia berkata pada istrinya,

“Aku akan pergi ke kedai kopi. Siapa tahu aku bisa menjual lima atau enam sisir dan mendapat sedikit uang.”

Pak Bayram lalu pergi ke rumah kopi. Ia minum kopi dan memikirkan keadaannya yang miskin. Pada saat itu, masuklah beberapa pedagang dari luar kota. Mereka ingin membeli sisir buatan pengrajin desa itu. Mereka bertanya-tanya pada pengunjung kedai kopi, apakah mereka tahu pembuat sisir di desa itu. Pak Bayram dengan penuh semangat memperkenalkan dirinya. Ia juga langsung memperlihatkan sisir-sisir buatannya.

Rupanya sisir buatan Pak Bayram dianggap bagus sehingga mereka membeli semua sisir itu. Mereka bahkan memesan seribu sisir lagi. Pak Bayram segera pulang dengan gembira dan mulai membuat sisir.

Beberapa bulan kemudian, seribu sisir sudah selesai dibuat. Pak Bayram membawa seribu sisir itu ke pedagang yang memesannya. Pedagang itu membayarnya dengan harga mahal. Betapa gembiranya Pak Bayram.

Kini, Pak Bayram sudah menjadi orang kaya. Ia mengajak keluarganya berjalan-jalan keluar negeri dengan kapal laut. Sayangnya, Ayla si putri bungsu tidak kuat berlayar dengan kapal laut.

“Aku akan tinggal di rumah saja, Ayah, Ibu,” kata Ayla. “Aku pasti mabuk laut dan tidak menikmati perjalanan. Ayah, Ibu, dan Kak Aydan saja yang pergi.”

Bu Bayram khawatir meninggalkan Ayla sendiri. Namun ia lalu teringat pada sahabat baiknya, Bu Hulya.

“Ibu titipkan kau pada Bu Hulya, ya. Bersikaplah yang baik di rumahnya,” pesan Bu Bayram pada putrinya.

Pak Bayram, Bu Bayram, dan Aydan akhirnya berangkat dengan kapal laut. Sementara Ayla tinggal di rumah Bu Hulya yang dipercaya oleh Bu Bayram.

Akan tetapi, ternyata Bu Hulya selama iri pada keberhasilan si Pak Bayram dan istrinya. Setelah penjualan sisirnya berhasil, Pak Bayram dan Bu Bayram menjadi jauh lebih kaya dari Bu Hulya. Kini, Bu Hulya ingin membuat keluarga Pak Bayram mengalami kesialan.

Pada suatu hari, Bu Hulya membawa Ayla ke tempat pemandian umum khusus wanita. Di kota itu, memang terdapat banyak tempat pemandian umum. Bu Hulya memberikan beberapa keping uang emas pada wanita penjaga tempat mandi. Ia menyuruh wanita itu menenggelamkan Ayla.

Akan tetapi, Ayla mendengar percakapan rahasia itu. Ia sangat terkejut karena Bu Hulya yang dianggap baik, ternyata punya maksud jahat. Ia lalu mencari akal untuk lari dari Bu Hulya. Ayla lalu mendekati Bu Hulya dan berkata,

“Bu Hulya, kau sangat baik karena mengizinkan aku tinggal di rumahmu. Sekarang, mari aku basuh kaki dan kepalamu,” kata Ayla.

Bu Hulya tertarik juga mendapat pelayanan seperti itu. Maka, ia membiarkan Ayla menyabuni rambutnya sehingga penuh busa sabun. Bahkan, matanya pun tertutup busa.

Ayla lalu pura-pura menyabuni kakinya. Namun, ia lalu mengikat batu besar di kaki Bu Hulya. Ayla lalu diam-diam lari dari tempat pemandian umum itu. Ketika Bu Hulya tahu, ia berusaha mengejar. Namun matanya pedih terkena busa sabun. Kakinya pun berat karena sudah diikat batu besar.

Ayla lari kembali ke rumah orangtuanya. Sementara itu, Bu Hulya membersihkan dirinya dan pulang ke rumahnya dengan kesal. Ia lalu merencanakan pembalasan. Ia menulis surat pada si Pak Bayram,

“Anak perempuanmu telah mencuri uangku dan lari dari rumahku.”

Pak Bayram menerima surat itu dan sangat terkejut. Ia juga marah pada putrinya, Ayla. Pak Bayram lalu menyuruh Aydan untuk pulang lebih dulu. Pak Bayram menyuruh Aydan membawa Ayla ke kantor polisi agar masalah dengan Bu Hulya bisa selesai.

Aydan segera pulang ke rumah mereka. Namun ia tidak tega membawa Ayla ke kantor polisi. Ia malah membawa adiknya keluar dari kota itu. Aydan memberi adiknya uang agar bisa membeli makanan di perjalanan. Ia juga memberinya seekor kuda yang kuat.

Ayla akhirnya mulai mengembara. Ia melintasi gunung, lembah, dan tiba di sebuah mata air di bawah pohon. Saat sedang beristirahat di bawah pohon itu, ia melihat Pangeran Demir. Ia adalah putra raja negeri itu. Sang pangeran sedang berburu dengan pengawalnya.

Karena takut, Ayla memanjat pohon dan sembunyi di antara dedaunan pohon. Pangeran Demir berkata pada pengawalnya,

“Aku akan istirahat di bawah pohon ini.”

Pada saat Pangeran Demir duduk selonjoran, ia mengangkat kelapanya dan melihat seorang gadis di atas pohon. Gadis itu secantik matahari. Ia segera berseru

“Hei gadis cantik..., apakah kau manusia, atau jin?”

“Aku manusia biasa seperti dirimu,” jawab Ayla.

Pangeran Demir menyuruhnya turun. Mereka pun berkenalan. Pangeran Demir iba pada Ayla yang tak tahu harus pergi ke mana. Ia lalu mengajak Ayla ke istananya.

Sejak itu, Ayla itu tinggal di istana. Ia dan Pangeran Demir menjadi semakin akrab. Ayla menceritakan kisah sedihnya, bagaimana ia terpisah dengan kedua orang tua dan kakaknya. Pangeran Demir semakin iba pada Ayla dan berjanji akan menolongnya. Ayla dan Pangeran Demir lalu menikah.

Pada suatu hari, Pangeran Demir bertanya,

“Aku pernah berjanji akan menolongmu agar bertemu dengan kedua orang tua dan kakakmu. Apakah kau sudah siap untuk bertemu mereka sekarang?”

Ayla menunduk ragu. Ia takut jika kedua orang tuanya masih marah padanya karena laporan palsu dari Bu Hulya.

“Suamiku, aku punya ide agar tidak langsung bertemu dengan ayah ibuku. Tolong buatkan aku toko yang menjual kue manisan helwa di desaku. Sambil berjualan, aku akan mencari cara untuk menjelaskan keadaanku pada ayah ibuku,” pinta Ayla.

Pangeran Demir setuju dengan ide istrinya. Ia lalu menyuruh pengawalnya membangun toko helwa di desa istrinya. Helwa adalah makanan manisan khas negeri itu.

Ayla lalu menyamar menjadi lelaki pemilik toko helwa bernama Hamid. Helwa buatan Hamid alias Ayla sangat lezat. Dalam waktu singkat, helwa buatannya menjadi terkenal di desa itu. Berita ini sampai ke telinga Pak Bayram, ayah Ayla. Pak Bayram kini tidak menjual sisir lagi. Ia membuka kedai kopi yang menjual kopi dan makanan manis.

Suatu hari, Pak Bayram datang ke toko helwa Hamid. Tentu saja Hamid alias Ayla mengenal ayahnya. Namun Pak Bayram tidak mengenal putrinya. Pak Bayram ternyata sangat menyukai helwa lezat buatan Ayla.

“Aku akan mengadakan pesta helwa di kedai kopiku. Maukah kau aku undang untuk membuat helwa di kedaiku?” kata Pak Bayram pada Hamid.

"Dengan senang hati saya akan datang. Tapi bolehkah saya membawa seorang teman? Dan semoga Bu Hulya yang terkenal baik hati itu juga diundang,” katanya.

"Tentu aja kau boleh membawa teman. Kami juga akan mengundang Bu Hulya karena dia sahabat keluarga kami,” kata Pak Bayram.

Hari pesta helwa di kedai Pak Bayram akhirnya tiba juga. Hamid alias Ayla sibuk di dapur membuat kue helwa istimewa. Kue-kue helwa yang sudah jadi itu lalu dibawanya ke ruangan tempat para tamu berkumpul.

Di ruangan itu, Ayla melihat Pangeran Demir, suaminya. Ia menyamar memakai pakaian rakyat biasa. Ayla juga melihat ibunya, ayahnya, dan Aydan, kakaknya. Ia sangat rindu pada mereka, namun ia harus menahan diri karena mereka tidak mengenalnya. Terakhir, Ayla juga melihat Bu Hulya yang telah membuat hidupnya menjadi susah.

Ketika membagikan helwa pada mereka, Ayla berkata, “Agar pesta helwa ini menarik, mari kita masing-masing bercerita pengalaman hidup kita.”

Semuanya setuju dan mulai bercerita pengalaman hidup masing-masing. Lalu tibalah giliran si pembuat helwa yang bercerita.

“Selama aku bercerita, harap tidak ada yang keluar dari ruangan ini. Kalau ada yang ingin keluar, lebih baik keluar sekarang,” katanya.

Akan tetapi, semua ingin mendengar pengalaman hidupnya. Jadi tak ada yang ingin meninggalkan ruangan. Maka, Hamid alias Ayla lalu menutup pintu kedai, dan mulai menceritakan pengalaman hidupnya.

Hamid bercerita tentang kunjungannya ke tempat pemandian umum. Ia bercerita tentang seorang yang ingin mencelakakannya di tempat itu.

“Maaf, aku merasa tidak sehat dan ingin keluar...” kata Bu Hulya yang mulai merasa gelisah.

“Duduklah...” kata Hamid dengan nada mengejek. Ia meneruskan ceritanya, tentang kakaknya yang menolongnya, memberinya uang dan kuda. Ia juga bercerita tentang seorang bapak yang mengundangnya tanpa menyadari kalau dirinya adalah putri bapak itu sendiri.

Pada saat itu, Aydan mulai menyadari kalau Hamid adalah Ayla adiknya. Pak Bayram dan Bu Bayram pun akhirnya mengenal wajah Hamid, yang adalah Ayla yang sedang menyamar.

“Aylaaa...” seru mereka bersama-sama, lalu berdiri memeluk Ayla.

Bu Hulya berlari keluar dari kedai itu, namun Pangeran Demir berteriak menyuruh pengawalnya menangkap wanita kejam itu. Bu Hulya saat itu juga dibawa ke penjara istana.

Betapa bahagianya Ayla, karena bisa berkumpul dengan ayah, ibu, dan kakaknya. Mereka menangis dan berpelukan penuh haru. Kini, dengan lega, Ayla bisa kembali ke istana bersama suaminya, Pangeran Demir.











sumber : bobo.grid.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan