CERPEN : Bule
Bule
Ee,
ada Bule! “ Terdengar celetukan Beno di depan pintu kelas. “Yuk, kita antar dia
ke bandara, supaya bisa pulang ke negerinya!” Dipta ikut nyeletuk. Anak – anak lain tertawa mendengar candaan
Beno dan Dipta yang menggoda Odin. Saat itu masih jam istirahat, jadi mereka
bisa ribut sekali. Seperti biasa, Odin diam saja dan tetap duduk di bangku nya.
Namun dadanya terasa sesak, matanya berkaca- kaca menahan tangis. Ia pun
kemudian menyingkir ke halaman belakang.
Rino , sang ketua kelas, sejak tadi
melihat tingkah laku teman – temannya. Ia segera mendekat, menegur teman-
temannya yang menggangu Odin. “ Kalian terlalu ! Odin kan sama seperti kita. Ia
dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia. Orang tua nya juga orang Indonesia.
Kenapa kalian selalu mengejek dia seperti itu? Awas kalau kudengar lagi, akan
kulaporkan pada Bu Ririn, wali kelas !” ujar Rino.Tak lama kemudian bel
berbunyi, tanda waktu istirahat telah selesai. Semua murid masuk ke kelas
dengan tertib.
“
Selamat siang anak – anak!” ujar Bu Ririn . Ia melihat ke seluruh isi kelas .”
Lo, ke mana Odin ?”. “Tidak tahu , Bu !
Tapi tadi sewaktu istirahat, dia menyingkirkan ke halaman belakang !” kata Tia,
salah satu murid perempuan. “ Iya, Bu ! Tadi anak- anak mengejek Odin
lagi !” seru Lila Mengadu. Ibu Guru menatap murid- muridnya dengan wajah sedih. “
Odin itu, teman kalian yang istimewa. Dia sangat baik hati. Waktu rumah Beno Kebanjiran, seragam, sepatu dan
buku Beno rusak semua. Ada yang ingat, siapa yang paling semangat mengajak
kalian sekelas patungan ? “ Seru Lila dan anak – anak lain.
Beno
terkejut. Ia baru tahu, kalau sumbangan yang
ia terima bulan lalu, adalah berkat ide
Odin. Ia mengira, teman- teman sekelas langsung mengumpulkan uang begitu saja.
“ Nah, minggu lalu, waktu Dipta dan sepedahnya
jatuh di comberan depan sekola, siapa yang menolong Dipta?” tanya Bu guru lagi.
Dipta tertunduk. Ia ingat. Odin yang langsung menolongnya.
Sementara
teman –teman yang lain masih berpikir panjang, karena Dipta jatuh di comberan
yang bau dan kotor sekali. Odin bahkan memapah Dipta sampai ke UKS untuk
diobati. Baju Odin jadi sama kotor dan baunya dengan baju Dipta. Untung, di UKS ada seragam
cadangan. Jadi mereka bisa ganti baju setelah
bersih - bersih. Rino melirik Dipta dan Beno. Keduanya tertunduk seperti
teringat pada kebaikan Odin. Bu Guru menatap murid – muridnya itu.
“
Ibu ingin menjelaskan sesuatu. Apakah kalian tahu, Istilah untuk seseorang yang
istimewa seperti Odin ?”.“ Albino ,Bu !”.“ Ya, Betul, Albino! Orang- orang
dengan kondisi albino, mempunyai kulit
berwarna putih seperti susu. Itu karena pigmen atau zat warna dalam tubuh tidak berproduksi. Akibatnya , Kulit dan
rambut merekah berwarna putih. Kulit mereka sangat peka. Mudah merah dan perih jika terkena sengatan matahari,”
Jelas Bu Ririn.
Dipta
mengangat tangannya meminta izin bicara.
“ Ya, ada apa, Dipta?” Tanya Bu Ririn. “ Bu, saya mohon izin ke
halaman belakang, sebentar. Saya akan
minta maaf pada Odin. Dan saya akan memberikan
payung besar saya untuk Odin. Supaya Odin tidak terkena sinar matahari langsung ! Odin memang baik
selalu menolong saya. Saya tidak sadar, kalau bercandaan saya
membuat Odin sedih !”
Bu
Ririn tersenyum senang dan mengangguk “
Syukurlah kamu sudah sadar, Dipta. Ya, cepatlah ajak Odin masuk ke kelas!” Kata
Bu Guru. Beno juga meminta izin ke halaman belakang untuk menemui Odin. “ Saya mau minta maaf, sekaligus
berterima kasih pada Odin. Saya baru tahu. Ternyata, sumbangan berupa buku –
buku baru, sepatu baru, dan seragam baru saya dulu itu, dibeli dari uang yang
dikumpulkan Odin di kelas ini” .
Bu
Guru mengizinkan Beno untuk ke halaman belakang juga. Tak lama
kemudian, Beno, Dipta dan Odin masuk ke
kelas saling rangkulan. Odin tampak ceria tidak sedih lagi. Sejak hari itu,
anak – anak di kelas Bu Ririn semakin kompak. Mereka semakin hati – hati juga
saat bercanda, agar tidak menyinggung hati taman mereka.
sumber : majalah bobo
Komentar
Posting Komentar