Dongeng : Longzi Si Naga Sombong

    Pada umumnya, seekor Naga mampu meneyemburkan api saat usianya 10 tahun. Namun, Longzi sudah mampu menyemburkan api saat ia masih berusia 7 tahun.

    Bukannya sombong, ya. Longzi sudah bisa menyemburkan api dari mulutnya, lo. Padahal, umurnya masih 7 tahun. Hebat, kan? Tidak percaya? Sebentar! Longzi... Longzi... cepat kesini! Teman Pa dan Ma mau lihat kehebatan kamu."

    Longzi segera terbang menghampiri Papa dan Mamanya, menarik nafas dalam-dalam, membuka muluktnya lebar-lebar, dan ... wuuur! Api menyembur ke udara. Setelah itu, papa dan mamanya bertepuk tangan. 

Karena sering diperlakukan seperti itulah, akhirnya Longzi jadi merasa hebat. Ia pun tahu bahwa ternyata tidak semua naga bisa memiliki kemampuan seperti dirinya. 

Teman-teman yang seumuranya belum ada yang bisa menyemburkan api. Mereka baru bisa menyemburkan angin. Itupun sepoi-sepoi. 

Saat sedang bermain bersama teman-temannya Longzi selalu menunjukkan kemampuannya.

"Menyemburkan api dari mulut itu tidak gampang," kata Longzi mematahkan semangat teman-temanya. "Aku khawatir kalian tidak akan mampu."

Teman-teman nya hanya bisa diam. Setelah itu, saat ingin menyemburkan api dari mulutnya lagi, Longzi melihat sekumpulan naga dewasa terbang menuju Utara.

"Sekarang hari Sabtu, ya?" tanya Longzi.

"Iya," jawab salah satu temannya yang saat itu sedang mencoba menyemburkan api namun selalu gagal. "Kenapa?"

Longzi tidak langsung menjawab. Matanya terus menatap sekumpulan naga dewasa yang sedang ingin berburu. Ya, hari Sabtu adalah hari berburu bagi para naga dewasa. 

"Aku ingin ikut berburu bersama mereka," ujar Longzi sambil mengepakkan sayapnya dan menyusul terbang ke Utara.

"Jangan macam-macam, Longzi!" salah satu temannya berteriak. "Naga kecil belum boleh ikut berburu!"

"Kalian lupa ya, aku ini sudah bisa menyemburkan api!" jawab Longzi. "Aku ini naga yang hebat. Kalian tenang saja!"

Teman-temannya hanya bisa melongo melihat Longzi meluncur di langit.

Matahari sudah berada di tengah garis cakrawala saat Longzi dan sekumpulan naga pemburu berada di atas laut lepas. Cahaya senja yang kemerahan adalah tanda waktu perburuan dimulai. Beberapa naga pemburu menyemburkan api ke udara lalu mereka semua menukik ke bawah untuk berburu ikan. Longzi tidak ingin ketinggalan. Ia segera ikut-ikutan menukik dan menceburkan dirinya ke dalam lautan.

Byuuur!

Saat berada di dalam lautan, bukannya langsung berburu ikan Longzi malah sibuk mengerak-gerakkan kedua tangan, kaki, dan sayapnya. Ia berusaha naik ke permukaan, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Rupanya, Longzi tidak bisa berenang. Semakin sering ia bergerak-gerak, semakin dalam ia tenggelam. Sesekali ia berusaha berteriak tetapi yang keluar dari mulutnya hanya gelembung air. Longzi pun menangis di dalam lautan. Tiba-tiba saja ia merindukan papa dan mamanya.

"Pa... Ma...," ujar Longzi dalam hati.

Setelah itu, Longzi merasa tubuhnya semakin melemah, dan akhirnya ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuh Longzi tenggelam, semakin lama semakin dalam. 

Seekor naga pemburu melihat Longzi yang sudah tidak sadarkan diri. Ia buru-buru berenang mendekati Longzi dan segera membawanya ke permukaan. Untungnya Longzi masih bisa diselamatkan. Ia kemudian segera dibawa terbang untuk diantar pulang. Saat dalam perjalanan pulang itulah Longzi kembali menangis. Ia pun sadar bahwa perasaan menjadi hebat ternyata bisa mendatangkan malapetaka. 

Dalam hati ia berkata, " Ternyata jika aku hebat dalam satu hal, bukan berarti aku hebat juga dalam hal lain. Aku bisa menyemburkan api, tapi ternyata aku tidak bisa berenang."

Tiba-tiba saja Longzi ingin menemui teman-temannya dan meminta maaf karena sering bersikap sombong kepada mereka. ----









Okeh: Noor H.Dee

sumber: majalah bobo edisi 17

 

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Cerpen : Obat Bosan dari Nenek