Cerpen Anak: Kembalinya Sang Pembaca Berita

 


Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?

Cerpen anak hari ini berjudul Kembalinya Sang Pembaca Berita.

Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!

--------------------------------------------------------------------

Dora membaca berita di koran cepat-cepat. Nada suaranya mengandung kekesalan dan wajahnya menunjukkan rasa tidak sabar.

Kakek yang sedang duduk mendengar Dora membaca, menghela napas. la lalu mengangkat tangannya dan berkata, "Stop, stop Dora, tak usah kau teruskan membaca!"

Dora melemparkan koran ke atas meja, lalu bersungut-sungut, "Bagaimana, sih, Kakek ini? Tadi minta dibacakan koran, sekarang tiba-tiba aku disuruh berhenti, padahal belum selesai!"

Kakek menjawab dengan sabar. "Mungkin, kau sudah capek membacakan koran untuk Kakek. Kau sudah bertugas setiap sore selama seminggu penuh. Jadi baiklah kau beristirahat dulu!"

"Terserah Kakek! Sekarang aku mau pergi ke rumah teman dulu. Sudah lama aku tidak pergi bermain dengan mereka!" kata Dora, lalu meninggalkan Kakek yang masih duduk di ruang depan.

Beberapa bulan lagi mata kakek akan dioperasi katarak. Itulah sebabnya, Kakek mendapat kesulitan saat membaca. Karenanya, Kakek minta supaya Dora membacakan berita-berita di koran setiap sore.

Mula-mula Dora merasa senang bisa menolong Kakek. Namun, sesudah bertugas selama satu minggu, Dora merasa bosan dan jengkel. Karena itu dia membaca asal-asalan saja, dengan nada suara yang tidak menyenangkan.

Dora memang ingin lepas dari tugas tersebut, tapi tak ada yang menggantikannya. Kalau saja Dora punya adik atau kakak, alangkah senangnya. Dia bisa bergantian membaca. Sayangnya, Dora anak tunggal.

Dora merasa serba salah. Kalau dia tidak membacakan berita untuk Kakek, dia juga merasa bersalah. Masak sebagai cucu, dia tidak mau menolong kakeknya?

Keesokan harinya Dora pulang sekolah dengan wajah muram. Dia teringat akan tugas menjengkelkan yang hanus dikerjakannya nanti sore.

Kakek, yang sedang duduk di teras sambil melap tempat kaset, menyambut Dora dengan gembira, "Dora, makanlah dulu! Nanti ada berita gembira untukmu!"

"Apa, Kek? Sekarang saja beri tahu berita gembiranya!" pinta Dora penuh rasa ingin tahu.

"Baiklah! Nanti sore ada orang yang mau menolong Kakek membacakan berita di koran. Untuk sementara kamu bisa beristirahat dulu!" Kakek memberi tahu sambil tersenyum.

Dora meletakkan tas sekolahnya di lantai, lalu duduk di dekat Kakek. "Sungguh, ini suatu kejutan. Syukurlah, aku tak usah melakukan tugas yang menjengkelkan itu," pikir Dora.

"Siapa, Kek? Bagaimana cara Kakek mendapatkannya?" tanya Dora.

"Dia anak perempuan, sebaya denganmu. Dia tinggal di kompleks ini juga, di jalan Radio. Kakek bertemu dia waktu jalan-jalan tadi pagi. Dia sering naik sepeda mini dan sering menyapa Kakek kalau bertemu. Tadi Kakek minta tolong padanya dan dia bersedia. Nanti sore dia akan datang!" demikian penjelasan Kakek.

"Syukurlah, Kek. Bukan Dora, lo, yang menolak membacakan berita untuk Kakek. Tapi, Kakek yang meminta anak itu. Eh, siapa namanya, Kek?" tanya Dora.

"Riani. Bagus, ya! Anaknya juga manis!" puji Kakek.

Dora tak menjawab. Dia pamit pada Kakek dan masuk ke dalam. Timbul perasaan iri di hatinya mendengar Kakek memuji Riani.

"Ah, mungkin dia hanya sanggup bertugas satu dua hari, sudah itu dia juga akan merasa bosan," pikir Dora.

Sore harinya Riani datang dengan sepeda mininya. Kulitnya hitam, tetapi wajahnya manis. Kalau tertawa, ada lesung pipit di kedua pipinya.

Dora diperkenalkan pada Riani, tetapi Dora tak banyak bicara. Dia lekas-lekas masuk kamar dengan alasan ingin membuat PR. Tetapi, diam-diam Dora memasang telinga.

Sesudah percakapan basa-basi, Riani mulai membacakan koran untuk Kakek. Suaranya jernih dan nadanya bagaikan penyiar televisi.

Hari demi hari berlalu. Mulanya Dora merasa senang karena dia tak usah melakukan tugas yang  menjengkelkan tersebut.

Dua minggu telah berlalu. Riani masih tetap melakukan tugasnya dengan semangat. Dora mulai kesal. Apalagi, Kakek dan Riani semakin akrab.

Riani seolah-olah sudah menjadi cucu Kakek juga. Kalau Kakek beli roti untuk Dora, Riani dibelikan juga. Ketika Tante Enny pergi ke Bali dan Dora minta dibelikan daster, Kakek juga pesan sebuah untuk Riani.

Suatu hari, Riani datang membawa kartu undangan. Mau tak mau Dora menjumpai Riani.

"Datang ya ke pesta ulang tahunku. Kamu dan Kakek akan kuperkenalkan pada orang tua dan kawan-kawanku. Keluarga kalian baik sekali padaku. Sungguh aku beruntung mendapat kesempatan membacakan koran untuk Kakek. Pengetahuan umumku bertambah dan aku bisa latihan membaca setiap hari. Sebetulnya, aku bercita-cita menjadi penyiar televisi," kata Riani sambil menyerahkan kartu undangan.

"Baiklah, kalau tak ada halangan kami akan datang!" jawab Kakek.

Dora masuk ke kamarnya dan termenung. Tugas yang menjengkelkan baginya ternyata merupakan tugas yang menguntungkan dan menyenangkan bagi Riani.

Dora memang tak berniat menjadi penyiar televisi. Akan tetapi, apa salahnya jika dia menolong Kakek membaca dengan senang hati? Bukankah itu berarti pengetahuan umumnya akan bertambah?

Dora juga merasa malu. Riani selalu ramah bahkan tadi mengatakan keluarga Dora berlaku baik padanya. Padahal, Dora menyimpan perasaan iri.

Malamnya Dora bertanya pada Kakek, "Kek, apakah aku boleh membacakan koran lagi untuk Kakek?"

Kakek tersenyurn dan berkata, "Tentu saja, Dora. Kakek pun rindu mendengar suaramu. Sebelum Riani bosan, baiklah dia bertugas seminggu tiga kali dan kamu pun begitu juga. Setuju?"

Dora mengangguk senang.
















sumber : bobo.grid.id

Cerita oleh: Ny. Widya Suwarna

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan