DONGENG: Bu Sulam dan Bu Manik

Bu Sulam keluar dari istana. Tadi Ratu Jelita menyuruhnya membawa contoh sulaman untuk gaun sang ratu. Gaun itu akan dipakai di acara pesta rakyat sebulan lagi. Ratu Jelita sangat menyukai sulaman Bu Sulam. Ratu langsung memesan sehelai gaun penuh sulaman tangan yang berbentuk bunga-bunga. Tentu saja, Bu Sulam senang. Ratu Jelita akanmembayar kerja kerasnya dengan upah yang tinggi.

"Selamat pagi Bu Manik," sapa Bu Sulam sambil tersenyum manis.

Bu Manik sedang duduk di teras rumahnya, memasang manik-manik pada sehelai gaun.

Bu Manik hanya melengos. Ia terus menyusun manik-manik menjadi hiasan selendang. Selendang ituadalah pesanan dayang-dayang istana. Bu Manik tidak senang dengan keberuntungan Bu Sulam. Setiap ada acara kerajaan, selalu Bu Sulam dipanggil untuk menyulam gaun Ratu Jelita.

"Sulamanmu terus yang jadi hiasan gaun ratu. Sementara aku hanya memasang manik untuk para dayang dengan upah yang sedikit," gerutu Bu Manik.

Bu Sulam terkejut.

"Jangan berkata begitu, Bu Manik. Mungkin Bu Manik bisa menawarkan hasil karyamu pada Ratu. Siapa tahu, Ratu Jelita juga tertarik dan ingin gaunnya dihias manik-manik yang indah ini," ucap Bu Sulam.

Bu Manik terus cemberut. Ia melanjutkan pekerjaannya, mengabaikan kehadiran Bu Sulam.

"Saya pamit dulu, ya, Bu," kata Bu Sulam.

Bu Manik diam. Dia terus memasang manik-manik.

Tak lama, lewat Bu Keik, salah seorang penjual kue di Negeri Ceria. Bu Keik membawa dua keranjang berisi kue.

"Selamat pagi. Kamu mau ke mana?" tanya Bu Manik.

"Saya akan ke istana. Putri Kemilau memesan kue saya untuk teman minum teh sore ini," jawab Bu Keik dengan mata yang berbinar. Sudah terbayang uang yang akan diterimanya dari istana. Bu Keik bisa membelikan anaknya baju baru.

"Huh!" tiba-tiba Bu Manik mendengus. "Semua orang mendapat uang dari istana," keluhnya.

"Oh maaf. Bu Manik belum pernah dapat pesanan dari istana, ya?" tanya Bu Keik heran. Bu Manik menggeleng.

"Ayo, ikut saya. Kita tawarkan selendang ini pada Ratu Jelita," ajak Bu Keik.

"Ah, Bu Sulam sudah jadi langganan Ratu. Manik-manikku pasti ditolak," keluh Bu Manik.

"Ratu sangat menghargai semua kepandaian. Cobalah dulu," ucap Bu Keik.

Bu Manik menggeleng. Bu Keik menghelang napas.

"Saya pamit, Bu," kata Bu Keik.

Rakyat Negeri Ceria sering datang ke istana. Mereka menawarkan hasil kerajinan tangan atau tanaman pada Ratu Jelita. Ratu senang membeli dagangan dari rakyatnya. Ada bunga Bu Rosie, ada lemari buatan Pak Jati, ada sepatu Pak Gani. Semua penduduk bekerja dengan riang. Mereka senang hasil karyanya dihargai istana.

Bu Manik masih belum mau menawarkan jahitannya pada Ratu. Ia kesal karena merasa bersaing dengan Bu Sulam. Akhirnya, ia hanya menerima pesanan dari dayang istana. Bu Manik berharap hasil karyanya bisa dibeli Ratu Jelita atau Putri Kemilau. Jadi ia juga bisa mendapatkan banyak uang.

Suatu hari, seorang dayang datang ke rumah Bu Manik.

"Bu Manik, Ratu Jelita ingin dibuatkan daun dengan hiasan manik-manik," kata Dayang.

"Benarkah?" Bu Manik terkejut sekaligus senang.

"Iya. Datanglah ke istana. Bawa beberapa contoh selendang dan gaun. Siapa tahu Ratu Jelita memborong daganganmu."

"Terima kasih, Dayang. Baiklah. Aku segera ke sana," sahut Bu Manik gembira.

Bu Manik membereskan pekerjaannya, memasukkan contoh gaun dan selendang ke dalam sebuah tas. Ia lalu buru-buru berjalan ke istana.

Sampai di istana, Bu Manik membentangkan selendang putih yang sudah dihias manik-manik. Ratu Jelita suka dan minta dibuatkan selendang biru. Ratu juga ingin gaun birunya dihias manik-manik. Begitu juga gaun merah muda milik Putri Kemilau.

Bu Manik tersenyum. Ia akan menerima banyak uang dari istana. Sepanjang perjalanan pulang, ia sudah membayangkan mau membeli lemari dari uang hasil kerjanya untuk istana. Lemari tuanya sudah dimakan rayap.

Bu Manik sudah hampir sampai di rumah. "Dari mana Bu Manik?" tanya Bu Sulam yang sedang menyulam kain di teras rumahnya.

"Oh, dari pasar."

Aduh, Bu Manik tidak jujur. Bu Sulam tersenyum. Sebenarnya Bu Sulam yang menawarkan selendang Bu Manik pada Ratu Jelita. Lalu, Ratu mengutus seorang dayang ke rumah Bu Manik. Bu Sulam kasihan karena Bu Manik belum pernah bekerja untuk istana, padahal karyanya bagus.

Karena tidak mau berusaha menawarkan dagangannya, orang tidak tahu karya Bu Manik bermutu. Ratu adalah orang yang adil. Ia ingin semua rakyatnya sejahtera. Ratu tak segan-segan membeli dengan harga tinggi.

Sayang sekali, Bu Manik menyimpan prasangka buruk pada Bu Sulam. Padahal, Bu Sulam sangat baik padanya. Bu Sulam sungguh berhati mulia, ia tetap bersikap baik pada orang yang tidak suka padanya. Rahasia ini akan terus Bu Sulam simpan.


Sumber: Majalah Bobo Edisi 51 | 25 Maret 2021

Komentar

  1. AJO_QQ poker (k)
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    -bandar 66
    -perang baccarat (new game )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!! :d
    PROMO MENARIK
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856 ;-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan