SERBA-SERBI: Tak Lagi Bikin Bingung! Ahli Berhasil Kelompokkan 7 Gejala Khas COVID-19 dari Ringan sampai Sedang, Salah Satunya Sakit Otot




Virus corona COVID-19 merupakan penyakit baru yang masih harus dipelajari dan diteliti lebih dalam.

Salah satunya mengenai gejala. Hal ini karena gejala virus corona yang enggak menentu membuat masyarakat bingung.

Bagaimana sebetulnya gejala COVID-19? Nyeri tenggorokan, sakit kepala, atau hidung tersumbat?

Para peneliti dan pakar kedokteran terus berusaha melacak serangkaian gejala yang bisa memberi informasi infeksi COVID-19.

Para peneliti dari Universitas Kedokteran Wina di Austria, sekarang mengidentifikasi tujuh jenis gejala sakit pada kasus COVID-19 ringan atau sedang.

Target utama para ilmuwan adalah menemukan bagaimana tampilan kekebalan tubuh yang bagus setelah infeksi COVID-19 dan bagaimana cara mengukurnya.

Untuk itu para ahli melakukan penelitian terhadap 109 mantan pasien COVID-19 yang mampu bertahan dari infeksi dan dalam proses kesembuhan.

Sebagai kelompok pembanding, kedua ilmuwan melakukan penelitian dan pemeriksaan darah terhadap 98 orang yang sehat.



Tujuh Kelompok Gejala Covid-19

Gejala Khas COVID-19
pixabay.com

Berdasarkan data yang diperoleh, para periset menarik kesimpulan ada beragam tanda yang kemudian diklasifikasi dalam tujuh kelompok gejala COVID-19.

1. Gejala seperti flu, ditandai dengan demam, meriang, kelelahan dan batuk-batuk.

2. Gejala pilek, ditandai dengan hidung tersumbat atau meler, bersin-bersin dan tenggrokan kering.

3. Sakit persendian dan otot.

4. Radang selaput mata dan selaput lendir.

5. Masalah pada paru-paru, ditandai dengan peradangan atau sulit bernafas.

6. Masalah saluran pencernaan, ditandai dengan diare, mual atau sakit kepala.

7. Hilangnya indera penciuman dan pengecapan serta gejala lainnya.


"Pada kelompok terakhir, kami bisa menegakkan diagnosa, kehilangan indera penciuman dan pengecap kebanyakan melanda pasien dengan sistem imunitas muda," ujar kepala tim peneliti Winfried Pickl.

Sistem imunitas muda enggak berdasarkan umur pasien. Namun diukur dari jumlah sel kekebalan tubuh atau T-Lymphocite dari jaringan thymus.

“Dengan itu, kami bisa dengan tegas menarik batasan sistemik, misalnya antara kelompok satu sampai tiga dengan kelompok enam dan tujuh, berdasarkan jenis proses pada organ yang khas dari infeksi primer COVID-19," ujar Pickl lebih lanjut.

Akan tetapi, hal ini enggak berarti kalau kasus tumpang tindih gejala antar kelompok juga enggak bisa terjadi.

Walau begitu ditunjukkan, ada hubungan antara masing-masing kelompok yang berbeda dengan parameter kekebalan konkrit.

Misalnya proses sakit dengan demam tinggi pada pasien COVID-19, berhubungan dengan memori kekebalan tubuh dan ini menjadi indikasi tegas adanya sebuah imunitas jangka panjang.

Sebaliknya, kehilangan indera penciuman dan pengecap pada pasien COVID-19, dikaitkan dengan tingginya kadar T-Lymphocite.


Sumber: kids.grid.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan