CERPEN: Oh, Lala!

Setiap tahun pada bulan April, Lala mulai menghitung-hitung hari, menanti kepulangan pamannya, Paman Win. Paman Win adalah seorang dokter muda yang bertugas di sebuah pulau "yang jauuuh sekali, kecil dan terpencil, tapi indah," kata Paman Win. Setiap pulang Paman Win selalu membawa oleh-oleh untuknya. Hm, memang oleh-oleh itulah yang terutama ditunggutunggu Lala.

Tahun ini kepulangan Paman Win seminggu lebih awal dari biasanya. Paman Win jatuh sakit, karena itu ia dikirim pulang secepatnya. Dengan demikian, kepulangan Paman Win kali ini tanpa oleh-oleh. Sehingga bagi Lala, yang selalu mengharapkan oleh-oleh, kepulangan Paman Win jadi tak menyenangkan. Malah sekarang, kepulangannya merepotkan semua orang di rumah.


Papa dan Mama setiap hari menengok Paman Win di rumah Nenek. Bi Rah selalu sibuk memasak makanan khusus buatnya. Tak ketinggalan kedua kakak Lala pun hampir sepanjang hari menghabiskan waktunya di rumah Nenek. Alasan mereka, "Menemani Paman Win."

Huh, tak ada seorang pun yang meperhatikan dia, si anak bungsu! Setiap hari Lala jadi uring-uringan. Suatu hari ia mengeluh kepada Mama, "Kapan sih Paman sembuh, Ma?"

"Entahlah," jawab Mama sedih. "Paman sakit parah, La."

"Kenapa Paman Win sakit?" tanya Lala lagi.


"Paman Win terlalu capek,"jelas Mama. "Terus-terusan bekerja. Dia tak memperhatikan kesehatannya."

"Tapi Paman 'kan dokter, Ma!"

Mama mengangguk sambil menjelaskan, "Dokter juga bias sakit. Siapa pun bisa dan mudah diserang penyakit bila kondisinya lemah."

"Maksud Lala," ujar Lala agak kesal. "Paman 'kan bisa merawat dirinya sendiri."

"Astaga!"Mamaterkejut. "Lala, dengar! Seorang dokter pun, bila sakit, membutuhkan orang lain untuk merawatnya!"

"Maksud Lala…," Lala menjadi ragu-ragu setelah mendengar ucapan mamanya yang tegas. "Kalau Paman bisa mengurus dirinya sendiri, Mama dan yang Iain-Iain tentu tak repot. Gara-gara Paman sakit, semua orang jadi sibuk. Tak ada yang memperhatikanku!"

"Kami tetap memperhatikanmu!" tukas Mama dengan tajam. "Cuma kali ini pamanmu yang sakit membutuhkan lebih banyak perhatian daripada kamu yang sehat."

Ujar Mama lagi dengan lebih halus, "Selamanya kami sayang, padamu, La. Karena itu tak 'kan kami biarkan engkau memiliki sifat mementingkan diri sendiri."


Lala jadi kikuk ditegur begitu. La hanya menunduk dalam-dalam. Dan ketika Mama lengah, segera ia meninggalkan ruang makan menuju kamarnya. Lalu menutup rapat-rapat pintu kamarnya.

Berhari-hari Lala merasa kasihan kepada dirinya sendiri. Paman Win telah merampas seluruh perhatian yang selama ini tertumpah untuknya. Karena itu ia berusaha menarik perhatian dengan cara-cara yang malah menjengkelkan keluarganya. Kadang-kadang ia merengek minta ini itu pada Mama, sering kali pula ia menggangu Bi Rah di dapur. Lala pun pernah dengan berani menyembunyikan kunci mobil papanya sehingga Papa tidak bias pergi ke mana-mana. Akibatnya, semua marah padanya!

Sampai suatu hari Lala kena batunya! la bertengkar dengan kakak laki-lakinya. Lala meminta kakaknya membantunya membuat pekerjaan rumah, sementara saat itu si kakak sedang sibuk membuat sebuah seruling. Kakaknya menyuruhnya menunggu, tapi Lala mengganggu terus.

"Kamu tidak boleh memaksakan kehendakmu!" kakaknya menjadi berang. "Lihat, aku lagi sibuk! Seruling ini harus selesai secepatnya!"

"Seruling jelek!"

"Biar!" sahut kakaknya acuh tak acuh. "Ini seruling terbaik yang pernah aku buat. Yang ini akan kuberikan untuk Paman Win."


"Segala-galanya untuk Paman Win!"

"Tentu saja, anak konyol!" balas si kakak. "Aku 'kan tidak seperti kamu yang hanya memikirkan diri sendiri!"

"Kamu yang konyol!" Lala menjerit marah. "Kamu kakak yang konyol!" Lala menghambur ke pelukan Mama yang buru-buru datang. la menangis. Mama mengatakan bahwa ia mementingkan diri sendiri, sekarang kakaknya pun mengatakan demikian. Benarkah ia berkelakuan buruk begitu?

"Apa yang bisa kuberikan untuk Paman?" tanyanya kepada Mama di sela-sela isak tangisnya. "Aku tak mau jadi anak konyol."

Mama jadi geli mendengarya. "Tak ada," jawab Mama kemudian setelah mampu menahan tawanya. "Kalau memberi hadiah yang kamu maksud."

"Apa yang bisa kulakukan?" tanyanya bersikeras. "Aku juga sayang pada Paman."

"Ikutlah menjenguk sore ini!" ajak Mama. "Kita lihat di sana, apa yang bisa kaulakukan untuk Paman."

Jadi, sore itu Lala ikut keluarganya ke rumah Nenek. La membawa beberapa buku ceritanya yang setahunya Paman Win belum baca. Temyata karena Paman Win harus berbaring terus, dialah yang membacakan bukubuku itu. Betapa senangnya ia, karena ada yang bisa dilakukannya untuk Paman. Lala membaca sampai Paman tertidur pulas. Dan sampai ia jatuh tertidur pula.

Cerita oleh: Lena D.



Sumber: Majalah Bobo Online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan