CERPEN: Nasihat Iko

Mama Iko mengajak Iko ke rumah Tante Niken, teman akrab mama Iko sejak SMA dulu. Suami Tante Niken sedang keluar kota. Tante Niken mengundang mama Iko makan malam di rumahnya. Sekalian menemaninya berbuka puasa.

Anak laki-laki Tante Niken bernama Rio. la seusia Iko. Dulu Iko dan Rio sama-sama tukang ngompol. Tapi, sekarang Iko sudah tidak ngompol lagi.

"Rio masih ngompol, Tante?" tanya Iko di meja makan.

"Tidak!" jawab Tante Niken dan Rio bersamaan.

"Wan, Rio pintar, dong, sudah tidak ngompol! Seperti saya!" ujar Iko sok tua. Tante Niken tersenyum geli mendengarnya.

"Rio memang sudah tidak ngompol. Tapi ia masih susah makan! Tante jadi pusing! Harus masak apa supaya Rio doyan makan banyak!" keluh Tante Niken. la lalu mengisi piring Iko dan Rio dengan mi goreng. Itu makanan kesayangan Iko dan Rio. Tante Niken sengaja menyiapkannya untuk kedua anak itu. Tapi..., malas makan Rio rupanya sedang kumat!

"Ukh! Mi gorengnya tidak enak!" keluhnya sambil memainkan sendok. Padahal menurut Iko, mi gorengnya lumayan enak.

"Coba lihat! Rio susah sekali makan! Makanya kurus sekali!" keluh Tante Niken sedih.

"Tidak enak, ya, mi gorengnya!" bisik Rio pada Iko.

"Dulu juga aku sering tidak mau makan, kalau makanannya tidak enak. Tapi kata papaku, biar tidak enak, anggap saja enak! Nanti jadinya enak betulan!" nasehat Iko berbisik-bisik.

"Ah, papamu aneh!" ejek Rio.

"Eh, papaku itu hebat! Namanya Pak Tie. Kau harus kenalan dengannya! Supaya kau bisa makan banyak seperti aku!" bantah Iko sambil mulai memlintir mi gorengnya.

"Coba lihat! Hebat, kan! Mi goreng bisa diplintir-plintir! Yang lebih hebat lagi..., aku bisa makan mi goreng plintir! Hmmm, nikmatnyaaa..." oceh Iko sambil melahap mi gorengnya. Rio terbingung-bingung mendengar ocehannya.

"Makan mi goreng plintir, kok, dibilang hebat?! Apanya yang hebat?!" pikir Rio. Tapi perut Rio tiba-tiba terasa lapar. la tiba-tiba ingin sekali makan mi goreng.

Diikutinya tingkah Iko. Mi goreng itu diplintir-plintir lalu dilahap.

"Hams sambil bilang, hmm...nikmaaat...!" perintah Iko. "Hmmm, nikmaaat...!" tiru Rio sambil mengunyah mi gorengnya. Mama Iko dan Tante Niken tersenyum geli melihat tingkah mereka.

"Makan mi goreng plintir! Saktiii..." celoteh Iko lagi. "lya! Saktiii, dahsyaaat...!" Rio mulai ikut-ikut berceloteh. Keduanya tertawa. Mi goring itupun disantap lahap sampai habis.

"Nyam nyam nyam! Wuah, jadi enak betulan, ya! Buka puasanya jadi seruuu!!" komentar Rio.

"Ck ck ck! Iko, pintar membujuk, ya!" gumam Tante Niken kagum. "Iko cuma mengajar apa yang diajarkan papanya padanya!" ujar mama Iko sambil tersenyum. Beberapa hari kemudian Tante Niken dan Rio datang ke rumah Iko. Mereka membawa sebuah bingkisan.

"Sekarang Rio tidak susah makan lagi! Itu karena Iko mengajari Rio cara makan yang nikmat! Nah, ini hadiah untuk Iko!" Tante Niken menyerahkan bingkisan itu pada Iko. Isinya permainan lego yang terbaru.

"Asiiik!!" teriak Iko gembira.

"Huuu, curang! Harusnya mainan itu buat Papa! Bukan buat Iko! Kan, nasehatnya dari Papa!" goda Pak Tie.

"lyaaa, Iko ngalah, deh! Mainan ini buat Papa saja! Tapi sekarang Iko pinjam dulu, ya!" ujar Iko polos. Pak Tie, mama Iko dan Tante Niken terbahak-bahak mendengarnya.

Cerita oleh: Vanda Parengkuan


Sumber: Majalah Bobo Online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan