CERPEN : Es Krim Meleleh

Setiap Sabtu dan Minggu pagi, Nia selalu menemani ibunya belanja di pasar. Ia senang karena di pasar terdapat banyak penjual kue enak. Bahkan, ada penjual es krimnya. Daripada kue, Nia lebih suka jajan es krim. Enaknya, Ibu selalu mengijinkan ia mengambil dua jenis es krim. Satu untuk dimakan siang hari, satunya lagi untuk sore hari.

Di Sabtu pagi ini, seperti biasa Nia ikut ke pasar. Ibu sudah selesai belanja. Sambil berjalan keluar dari lorong pasar, mereka mampir di kios penjual es krim.

“Hari ini, aku beli es krim stroberi, ya, Bu,” kata Nia saat berhenti di depan kios. Belum sempat ibunya menjawab, tiba-tiba terdengar teriakan memanggil.

“Bu Rinaaa… apa kabar?”

Rina adalah nama ibu Nia. Nia dan Ibu mengangkat wajah bersamaan. Tampak Bu Anya, pemilik toko es krim keluar dari dalam kiosnya.

“Eh, Bu Anya! Tumben ikut menjaga kios,” sapa Ibu ramah.

Bu Anya tersenyum ramah dan mengelus rambut Nia.

“Iya, si Tinah karyawan saya sedang sakit. Jadi hari ini saya jaga sendiri. Nia mau es krim apa?” tanya Bu Anya sambil membuka freezer yang berisi deretan wadah berisi aneka rasa es krim.  

“Dua cup es krim, Bu. Yang satu vanila, yang satu cokelat. Dua-duanya pakai toping  stroberi dan chocolate chip,” jawab Nia sambil tersenyum manis.

Tak lama kemudian, dua cup es krim, lengkap dengan tutupnya sudah berada di dalam kantong plastik di tangan Nia. Bagian atas es krim membubung tinggi dengan puncaknya dihiasi irisan buah stroberi dan chocolate chip. Nia mengira, ia dan Ibu akan segera pulang. Namun, ternyata Bu Anya terus mengajak Ibu mengobrol. Ibu juga tampaknya senang diajak bercakap bermacam-macam hal.

Nia agak kesal. Ia berharap orang dewasa tidak terlalu banyak bicara. Nia ingin segera pulang karena ia ingin membaca komik sambil makan es krim. Sayangnya, Ibu sepertinya tidak melihat kegelisahan Nia. Ibu dan Bu Anya terus bercakap sambil berdiri di depan kios.

Bu Anya bicara tentang udara yang akhir-akhir ini sangat panas. Ia tidak tahan duduk lama-lama di dalam kios walau ada kipas angin. Ibu berbicara tentang bagusnya kucing siam baru milik Bu Rona, pemilik kios tepung dan bahan-bahan kue di pasar itu.

Nia merasa kakinya sudah pegal berdiri. Dengan wajah cemberut, ia lalu duduk di tangga beton kios Bu Rona. Barulah Ibu menyadari kalau ia dan Bu Anya sudah cukup lama mengobrol.

“Wah, Bu Anya, saya pamit dulu ya… Nia sudah capek kayaknya,” pamit Ibu.

Nia sangat lega. Ia dan Ibu kini melanjutkan perjalanan, keluar dari pasar. Namun, ketika sudah tak jauh dari rumah, mereka bertemu Bu Dede, tetangga mereka. Bu Dede rupanya terlambat bangun dan baru akan pergi ke pasar.  

“Udara panas sekali tadi malam. Aku baru tertidur jam 3 pagi, Bu Rina. Akibatnya, terlambat bangun. Ini saja aku masih mengantuk sekali,” keluh Bu Dede.

Ia lalu bertanya soal harga-harga barang di pasar. Ibu bercerita bahwa harga daging sedang mahal, sehingga hari itu hanya membeli ikan. Ibu juga bercerita lagi soal kucing siam baru yang ada di toko Bu Rona.

Nia melengos kesal. Ia melirik ke kantong es krimnya. Di dasar kantong, tampak genangan lelehan es krim cokelat dan vanilla.  Rupanya lelehan itu merembes keluar lewat sisi penutup cup es krim. Apalgi, letak kedua cup di kantong plastik juga agak miring. Mata Nia mendelik panik.

“Buuu… lihat!” seru Nia tanpa sadar.  

Ibu dan Bu Dede berhenti bercakap. Ibu menengok ke arah yang ditunjuk Nia.

“Ooo… ya ampun! Es krimmu meleleh!” seru Ibu ikut panik.

Ibu segera pamit pada Bu Dede sambil menarik tangan Nia.

“Ayo, kita buru-buru pulang… “

Nia merasa ingin menangis.

“Meleleh juga tidak apa-apa. Pasti masih enak, kok, Nia...” ujar Ibu yang membuat Nia jadi tenang.

“Maaf ya, tadi Ibu keasyikan ngobrol. Tapi tenang saja. Ibu punya ide untuk es krim meleleh itu!” kata Ibu bersemangat.

Setiba di rumah, Ibu mengeluarkan sesuatu dari keranjang belanjanya. Ah, rupanya tadi Ibu membeli satu kantong kue ape. Kue ini berbentuk bulat. Bagian tepinya kering kriuk. Bagian tengahnya lebih tebal dan empuk. Ibu membeli dua macam kue ape. Ada yang rasa santan berwarna putih. Ada yang rasa pandan berwarna hijau.

Ibu meletakkan kue ape warna hijau di sebuah mangkuk kecil. Lalu memberikan es krim vanilla dengan toping stroberi dan chocolate chip pada Nia.

“Coba kamu siram kue ape ini dengan es krimmu. Ini akan jadi kue ape penemuan baru. Kue ape dengan saus es krim… Mmm… pasti enak,” kata Ibu seperti penjual yang sedang berpromosi.

Nia tertawa geli. Ia lalu mengambil mangkuk itu, menuang es krim meleleh ke atas kue ape. Nia lantas mencicipinya dengan sendok kecil.

“Hmmm… memang enak, Bu! Ayo, kita makan berdua. Nanti sore, makan kue ape yang putih dengan es krim cokelat!” ajak Nia.

Ibu tak menolak. Mereka berdua menikmati siang itu dengan makan kue ape saus es krim.




Sumber : bobo.grid.id
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Larasputri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan